Selasa, 21 Oktober 2014

Karapan Sapi Budaya Madura

Asal Usul Karapan Sapi

Karapan Sapi atau Kerapan Sapi pasti sudah tidak asing lagi di telinga banyak orang Indonesia. Karapan Sapi merupakan budaya asli dari tanah Madura yang sudah dikenal sejak abad ke-14 M. Pada zaman dahulu sapi merupakan satu-satunya alat Transportasi tercepat yang ada di Madura dan banyak digunakan oleh masyarakat , khususnya masyarakat elite atau kerajaan. Karapan Sapi ini merupakan salah satu contoh budaya dan hiburan bagi masyarakat Madura yang telah turun temurun dilaksanakan.


c8529111871e0bd5d0d1f4b37774813b_karapan-sapi

Karapan Sapi menurut wikipedia :
Sebuah istilah untuk menyebut perlombaan pacuan sapi yang berasal dari Pulau Madura,Jawa Timur. Pada perlombaan ini, sepasang sapi yang menarik semacam kereta dari kayu (tempat joki berdiri dan mengendalikan pasangan sapi tersebut) dipacu dalam lomba adu cepat melawan pasangan-pasangan sapi lain. Trek pacuan tersebut biasanya sekitar 100meter dan lomba pacuan dapat berlangsung sekitar sepuluh detik sampai satu menit.
Karapan sapi sendiri menurut masyarakat Madura adalah adu balap sapi jantan menggunakan kaleles. Kaleles disini merupakan sarana pelengkap untuk dinaiki joki/saisyang menurut istilah Madura disebut tukang tongkok. Sapi-sapi jantan yang akan dipacu dipertautkan dengan pangonong pada leher-lehernya sehingga menjadi satu pasangan. Untuk pasangan sapi kerrap yang berada di sebelah kanan disebut pangluar dan yang sebelah kiri disebut pangdelem. sedangkan orang yang menahan tali kekang sapi sebelum dilepas disebut tukang tambeng. Tukang Getak merupakan orang yang menggertak sapi agar pada saat diberi aba-aba dapat melesat dengan cepat. Tukang Tonja merupakan orang yang bertugas menarik dan menuntun sapi saat perlombaan.Tukang Gubra adalah anggota rombongan yang bertugas bersorak-sorak untuk memberi semangat pada sapi kerrap.Karapan Sapi tidak serta merta ada di Madura. Ada beberapa versi tentang asal usul Karapan Sapi ini. Versi pertama mengatakan bahwa karapan sapi telah ada di Madura sejak abad ke-14. Waktu itu karapan sapi digunakan untuk menyebarkan agama islam oleh seorang Kyai yang bernama Pratanu. Versi yang lain juga mengatakan bahwa karapan sapi diciptakan oleh Adi Poday, yaitu anak Panembahan Wlingi yang berkuasa di daerah Sapudi pada abad ke-14. Adi Poday yang lama mengembara di Madura membawa pengalamannya di bidang pertanian ke Pulau Sapudi, sehingga pertanian di pulau itu menjadi maju. Salah satu teknik untuk mempercepat penggarapan lahan pertanian yang diajarkan oleh Adi Poday adalah dengan menggunakan sapi. Sehingga lama-kelamaan karena banyaknya petani yang menggunakan sapi untuk membajak sawahnya secara bersamaan, maka timbullah niat para petani untuk saling berlomba dalam menyelesaikannya. Dan, akhirnya perlombaan untuk menggarap sawah itu menjadi semacam olahraga lomba adu cepat yang hingga saat ini disebut .
Karapan Sapi dan Sapi Kerrap merupakan dua hal yang berbeda. Orang Madura memberi perbedaan antara Karapan sapi dan Sapi kerrap ini. Karapan sapi adalah sebuah even adu pacu sapi jantan dalam keadaan bergerak, berlari dan dinamis. Sedangkan Sapi kerrap adalah sebutan untuk sapi jantan yang diperlombakan itu sendiri, baik satu sapi maupun lebih. Adanya perbedaan ini adalah untuk membedakan antara sapi kerrap dengan Sapi Biasa serta Sapi Sono.


Nilai Budaya

Permainan kerapan sapi jika dicermati secara mendalam mengandung nilai-nilai yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai itu adalah: kerja keras, kerja sama, persaingan, ketertiban dan sportivitas.
Nilai kerja keras tercermin dalam proses pelatihan sapi, sehingga menjadi seekor sapi pacuan yang mengagumkan (kuat dan tangkas). Untuk menjadikan seekor sapi seperti itu tentunya diperlukan kesabaran, ketekunan dan kerja keras. Tanpa itu mustahil seekor sapi aduan dapat menunjukkan kehebatannya di arena kerapan sapi.
Nilai kerja sama tercermin dalam proses permainan itu sendiri. Permainan kerapan sapi, sebagaimana telah disinggung pada bagian atas, adalah suatu kegiatan yang melibatkan berbagai pihak. Pihak-pihak itu satu dengan lainnya saling membutuhkan. Untuk itu, diperlukan kerja sama sesuai dengan kedudukan dan peranan masing-masing. Tanpa itu mustahil permainan kerapan sapi dapat terselenggara dengan baik.
Nilai persaingan tercermin dalam arena kerapan sapi. Persaingan menurut Koentjaraningrat(2003: 187) adalah usaha-usaha yang bertujuan untuk melebihi usaha orang lain dalam masyarakat. Dalam konteks ini para peserta permainan kerapan sapi berusaha sedemikian rupa agar sapi aduannya dapat berlari cepat dan mengalahkan sapi pacuan lawan sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, masing-masing berusaha agar sapinya dapat melakukan hal itu sebaik-baiknya. Jadi, antarpeserta bersaing dalam hal ini.
Nilai ketertiban tercermin dalam proses permainan kerapan sapi itu sendiri. Permainan apa saja, termasuk kerapan sapi, ketertiban selalu diperlukan. Ketertiban ini tidak hanya ditunjukkan oleh para peserta, tetapi juga penonton yang mematuhi peraturan-peraturan yang dibuat. Dengan sabar para peserta menunggu giliran sapi-sapi pacuannya untuk diperlagakan. Sementara, penonton juga mematuhi aturan-aturan yang berlaku. Mereka tidak membuat keonaran atau perbuatan-perbuatan yang pada gilirannya dapat mengganggu atau menggagalkan jalannya permainan.

Dan, nilai sportivitas tercermin tidak hanya dari sikap para pemain yang tidak berbuat curang saat berlangsungnya permainan, tetapi juga mau menerima kekalahan dengan lapang dada.


Karapan Sapi ... Budaya Asli madura yang harus dilestarikan sebagai budaya kebanggan bangsa Indonesia, bukan hanya kebanggaan Orang madura saja, melainkan semua tokoh masyarakat se Indonesia harus bangga dengan Karapan Sapi. dan berharap suatu saat Karapan Sapi menjadi Icon Budaya yang membanggakan dari bangsa Indonesia. Masyarakat Madura mengenal kerapan sapi sebagai sebuah ritual kebudayaan, artinya kebudayaan ini dilaksanakan pada moment tertentu, seperti : acara selamatan Desa, acara selamatan untuk memperingati momen-momen tertentu, ataupun Acara tahunan rutinitas Desa maupun rutinitas sepulau Madura yang memang dilakukan secara berkesinambungan sampai saat ini.


Sumber : 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar