Rabu, 02 November 2016

Formulasi Masalah Dalam Penelitian

Formulasi Masalah Dalam Penelitian


Pengertian rumusan masalah adalah usaha untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau dicarikan jalan pemecahan masalahnya. Rumusan masalah merupakan suatu penjabaran dari identifikasi masalah dan pembatasan masalah. Dengan kata lain, rumusan masalah ini merupakan pertanyaan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti didasarkan atas identifikasi masalah dan pembatasan masalah. Suatu perumusan masalah yang baik berarti telah menjawab setengah pertanyaan atau dari masalah. Masalah yang telah dirumuskan dengan baik, tidak hanya membantu memusatkan pikiran, sekaligus juga mengarahkan cara berpikir kita.

Ada beberapa para ahli mendefinisikan tentang rumusan masalah, di antaranya:
A.      Menurut Pariata Westra (1981 : 263 ) bahwa “Suatu masalah yang terjadi apabila seseorang berusaha mencoba suatu tujuan atau percobaannya yang pertama untuk mencapai tujuan itu hingga berhasil.”
B.       Menurut Sutrisno Hadi ( 1973 : 3 ) “Masalah adalah kejadian yang menimbulkan pertanyaan kenapa dan kenapa.”
Rumusan masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data bentuk-bentuk rumusan masalah penelitian ini berdasarkan penelitian menurut tingkat eksplanasi (Sugiyono).

Seperti telah dikemukakan bahwa rumusan masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Bentuk-bentuk rumusan masalah penelitian ini di kembangkan berdasarkan penelitian menurut tingkat eksplanasi. Bentuk masalah dapat dikelompokkan kedalam bentuk masalah deskriptif, komparatif, dan asosiatif.
Tujuan Utama Penelitian Ilmiah yaitu untuk mencari hubungan atau membedakan dua variabel atau lebih secara konsepsional. Oleh karena itu, rumusan masalah sebaiknya dikaitkan dengan tujuan tersebut. Peneliti sebaiknya menggunakan kata-kata hubungan atau perbedaan, contohnya yaitu korelasi. Karena korelasi merupakan terminologi statistika.
Menurut Garis Besarnya, rumusan masalah dapat dibagi atas rumusan masalah deskriptif, rumusan masalah komparatif dan juga rumusan masalah asosiatif. Contoh-contoh rumusan masalah yang dimaksud sebagai berikut.
1. Deskriptif
Rumusan masalah Deskriptif
Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Jadi dalam penelitian ini penelitian tidak membuat perbandingan variabel itu pada sampel yang lain, dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel yang lain. Penelitian semacam ini untuk selanjutnya dinamakan penelitian deskriptif. Contohnya adalah:
– Berapa persen tingkat disiplin kerja di peternakan A ?
– Seberapa jauh efektivitas kerja di peternakan A ?

2. Komparatif
Rumusan komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang membandingkan keberadaan suatu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. Contohnya adalah:
– Bagaimana perbedaan disiplin kerja di peternakan A dengan di peternakan B ?
– Apakah terdapat perbedaan efektivitas kerja di peternakan A dengan peternakan B ?

3. Asosiatif
Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Contohnya adalah:
– Apakah terdapat hubungan antara peternakan A dan peternakan B ?
– Bagaimana hubungan antara peternakan A dan peternakan B ?

Rumusan Masalah dapat Berupa Pernyataan ataupun Pertanyaan

Merumuskan masalah penelitian ini dapat dilakukan dalam bentuk pernyataan (problem statement) dan juga dalam bentuk pertanyaan (research question).

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perumusan masalah yaitu:
Petunjuk Menulis Rumusan Masalah PTK
Sebagaimana yang ditulis oleh Sukajati (2008), bahwa pada intinya, rumusan masalah seharusnya mengandung deskripsi tentang kenyataan yang ada dan keadaan yang diinginkan. Dalam merumuskan masalah PTK, ada beberapa petunjuk yang dapat digunakan sebagai acuan yang disarikan dari Suyanto (1997) dan Sukarnyana (1997).

Beberapa petunjuk tersebut antara lain:
Masalah hendaknya dirumuskan secara jelas, dalam arti tidak mempunyai makna ganda dan pada umumnya dapat dituangkan dalam kalimat tanya;
rumusan masalah hendaknya menunjukkan jenis tindakan yang akan dilakukan dan hubungannya dengan variabel lain;
Rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empirik, artinya dengan rumusan masalah itu memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan tersebut (operasional).
Selain itu, Wardhani, dkk (2007) mengingatkan bahwa Rumusan Masalah harus dirumuskan secara operasional sehingga perbaikan pembelajaran saat PTK dilaksanakan dapat terarah. Wiriatmadja (2008) menyarankan agar terhapus keraguan bahwa guru telah benar-benar memfokuskan permasalahan untuk diteliti, ada baiknya guru melakukan diskusi dengan guru teman sejawat, atau meminta bantuan dosen LPTK yang telah terbiasa menggunakan model penelitian tindakan ini.

Contoh Rumusan Masalah Penelitian
1. Jenis Penelitian: PTK
Judul : Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas X dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw.

Rumusan masalah:
a. Bagaimanakah peningkatan aktivitas belajar fisika siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi pokok Listrik Dinamis?
b. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar fisika dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi pokok Listrik Dinamis?

Beberapa contoh kesalahan kesalahan umum yang sering terjadi di dalam merumuskan masalah.
1. Berusaha mengumpulkan data tanpa perencanaan yang matang dengan harapan sesuatu pasti akan dapat timbul dari analisis.
2. Menggunakan data yang sudah dikumpulkan atau yang telah ada, kemudian dilanjutkan dengan mencari masalah yang kira kira cocok dengan data yang ada.
3. Merumuskan tujuan secara mengambang atau terlalu umum sehingga kesimpulannya juga bersifat umum. Akibatnya, tujuan menjadi kurang terpusat.
4. Melaksanakan penelitian tanpa mengadakan kajian pustaka terhadap penelitian lainnya yang relevan.
5. Melakukan penelitian ad-hoc, unik untuk suatu situasi khusus sehingga tidak memungkinkan perluasan (generalisasi) dan tidak menghasilkan sumbungan berarti dalam memajukan ilmu.
6. Melakukan penelitian tanpa landasan teori yang mapan untuk memberi kesempatan membandingkan hasilnya dan mengevaluasi kesimpulannya.
7. Dalam merumuskan hipotesis tidak mengkaji secara tuntas adanya kemungkinan hipotesis tandingan yang dapat menjaga interpretasi atau kesimpulan penelitian.
8. Tidak menyadari kekurangan metodologi penelitian yang digunakan, sehingga yang terjadi dapat membatasi penafsiran kesimpulan penelitian.

Referensi:

Husaini Usman dan Purnomo, 2008. Metodologi Penelitian Sosial. Penerbit PT Bumi Aksara : Jakarta.

Hadi, Sutrisno. 1973. Metodologi Reseach 1. Yogyakarta: Andi Offset.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar